Hasil pernikahan Hj Vera Pangka ( Goey Kiok Lan Nio ) dengan HM Syarif Tanudjaja SH,( Tan Lip Siang ) 20/3/1950 ( 60 )Ketua DPW Pembina Iman tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia DKI Jakarta, mendapatkan tiga orang putera yaitu: Adrian Amar (33), Kelvin Ikhwan 11/8/1979 (30) dan Andrew Fateh Irfan 24/4/1982 (27). tetapi Adrian Amar anaknya yang pertama telah berpulang ke Rahmatullah dalam usianya yang ke 31 tahun karena suatu penyakit yang amat berat dideritanya. Namun, kalau mau di hitung-hitung anak dari wanita kelahiran 18 Juni 1950 ini, tak terhitung jumlahnya.
''Alhamdulillah, mereka dekat sama saya,” ujarnya. “Mereka” yang dimaksud ibu Vera ini adalah para muallafah, alias para perempuan yang memutuskan untuk masuk Islam atas kesadaran mereka sendiri. “Saya sudah seperti orang tua mereka.” jelas wanita yang ahli membuat siomay Hongkong ini.
Menurut Hj. Vera, perjuangan anak-anaknya itu untuk masuk Islam bukanlah hal yang mudah. Umumnya, setelah bersyahadat, mereka dijauhi keluarganya, bahkan “dibuang”.dihempaskan “Jadilah, saya penggantinya,''
Sebagai orang tua, tentu saja, ia tak sekedar menjadi pendamping rohani bagi para muallafah yang baru memasuki agama Islam. Hj.Vera juga sering menjadi tempat curhat / curah perhatian" bagi putri-putrinya tersebut. "
Perjalanan keimanan ibu Vera tidaklah selalu mulus. Ia bersyahadat masuk Islam tahun 1986. Ia enggan untuk menceritakan secara terperinci, namun intinya, banyak sekali tantangan yang harus ia hadapi apalagi ia adalah seorang berkebangsaan Tionghoa, namun untuk memutuskan menjadi seoarang muallafah. “Saya harus sembunyi-sembunyi dari keluarga saya” kenang dari orang yang kini memiliki keluarga yang sakinah ini.
Berdasarkan dari pengalaman pribadinya itu, ia sangat peka memahami perasaan anak-anak asuhnya itu. “Sangat berat ketika saya harus berhadapan dengan keluarga, berhadapan dengan lingkungan kita. Ada pertarungan batin,” jelasnya.
Karenanya, sebagai orang yang pernah mengalami itu, tugasnya adalah menjadi pendamping. “ Para muallafah yang sudah lama untuk membantu mereka para muallafah yang masih baru. Minimal, menjadi teman curhat,” ujarnya.
Ia sendiri amat banyak mendapatkan pengalaman dari hasil mendampingi suami, karena ia adalah seorang perempuan, urusan untuk memasuki agama yang barunya itu menjadi amat kompleks, lebih berat lagi, ''Karena harus berbenturan dengan keluarga, sehingga dia 'bergerilya' masuk Islamnya,”
Sang suami memang sudah berislam dan anak-anak mengikuti agama papanya. ''Terus terang, ini cita-cita anak saya, agar saya bisa aktif berjuang bersama papanya membela Islam. Kata dia suatu hari, Islam harus berjaya di Indonesia,” tambahnya.
Ketika masuk Islam, Hj.Vera sudah punya anak. Bahkan anak sulungnya, almarhum Adrian Amar yang selalu mendorongnya untuk segera memeluk Islam. ''Mama, masuklah Islam. Nanti mama sendirian,” ia menirukan omongan almarhum anaknya.
Salah satu nasihat yang sering disampaikan kepada anak-anaknya adalah: perbanyaklah berdzikir. Nasihat itu dulu sering diucapkan suaminya (H.Syarif Tanudjaja) ketika hatinya tengah gundah gulana memikirkan penolakan keluarganya. ( orang tua dari ibu Hj.Vera)
Walaupun orang tuanya tinggal di luar negeri yang berpandangan liberal, namun kabar sang anak yang membelot masuk Islam tetap saja membuat kerepotan keluarganya.
Yang paling shock mendengar kabar ia berpindah agama adalah sang mama ( ibu dari Hj Vera) Tak puas berdialog melalui telepon, mamanya memutuskan untuk datang ke Jakarta menemuinya. "Saya deg-degan. ''Apa ini? Saya harus bagaimana ini? Saya tahu ibu saya sifatnya keras," ia kembali mengenang.
Hari-hari menjelang kedatangan sang mama, ia lebih kencang berdzikir. Ketika akhirnya bertemu, Vera mengaku pertolongan Allah SWT datang. ''Sepanjang pertemuan saya zikir. Ibu saya lembut sekali ngomong-nya. Juga ketika saya bilang, 'Mami boleh minta apa saja sama saya. Cuma satu permintaan saya, jangan suruh saya pindah ke agama lama'.''jelas wanita yang suka akan kebersihan di rumah tangganya ini.
Ia sangat lega hati ketika suatu hari sang mama mengomentari agama barunya. "Pilihan kamu tidak salah," ia menirukan ungkapan wanita yang melahirkannya itu.
Ketika pertama kali dia ber-Ramadhan bersama keluarga, sang mama hadir menyaksikan. “Anak saya bilang, 'Oma sama Opa lihat kami Tarawih', lalu saya meminta maaf atas nama keluarga. Dia bilang, 'Oma maafin mama saya, ikhlaskan anak Oma masuk Islam'.''
Lalu, hal inilah yang tak terduga. Untuk pertama kalinya Vera menyaksikan sang mamanya menangis. “Oma ikhlas mama kamu masuk Islam,” ujar wanita itu kemudian. Kini giliran Vera bersimbah air mata.
Dan sampai kini iapun masih tetap menangani para muallafah apabila ada yang bermasalah dalam hal keagamaan, dan untuk suami dan anak-anaknya yang (sedang dalam memberikan bimbingan pengajian kepada para muallaf / muallafah) ia sayangi itu tentu saja tidak lupa ia terus mendorong agar tetap memperjuangkan syiar-syiar agama yang lurus ini.
Mohon bagi para pengemar Ibu kita ini agar mendo'akan beliau supaya dikuatkan imannya, juga bagi kita semua muslimin dan muslimat, amin
021-8509745
http://pitidkijakarta.multiply.com/journal/item/7
http://pitidkijakarta.multiply.com/journal/item/7