Pengajian di PITI DKI diadakan setiap hari sabtu (malam minggu) setelah ba'da maghrib,yang dibimbing oleh ustadz Syarif Tanudjaja, Andrew Fateh dan Kelvin ikhwan.
jam 18 : 30 untuk Muallaf dan umum. di Plaza Nagari Lt I / B 22 jalan Kyiai Maja no 63, Pakubuwono Jakarta- Selatan.
telp : (021)7279 4539 (021) 7076 9313 +62878 84777 491.NB:Sebaiknya hadir bersama keluarga suami/istri bagi yang telah berkeluarga.
Pengajian juga dilaksanakan di rumah ustadz Syarif Tanudjaja setiap hari kamis dan jum'at ba'da I'sya jam 19 : 30 di jalan Salemba tegalan III/15 Rw 001 / Rt 004. Pal Meriam Mataraman Jakarta Timur. Hp : 0816-839903
Dibimbing oleh ustadz Syarif Tandjaja, Andrew Fateh dan Kelvin ikhwan. (pengjian untuk muallaf dan umum).
NB:Sebaiknya hadir bersama keluarga suami/istri bagi yang telah berkeluarga.
PITI ADALAH SINGKATAN DARI PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA s/k PEMBINA IMAN TAUHID ISLAM
Selasa, 27 Juli 2010
BERTOBAT SETELAH MEMBUNUH 99 ORANG {ALLAH MAHA PENERIMA TAUBAT}
D
alam sebuah Hadits yang diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim secara sepakat disebutkan bahwa: dahulu di kalangan orang-orang yang sebelum kalian -yakni kaum Bani Israil- ada seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang. Lelaki ini telah berlumuran darah. Jari-jemarinya, pakaiannya, tangan, dan pedangnya, semuanya basah oleh darah, karena telah membunuh 99 orang dari kalangan orang-orang yang jiwanya terpelihara. Padahal seandainya semua penduduk bumi dan penduduk langit bersatu-padu untuk membunuh seorang lelaki muslim, tentulah Allah akan mencampakkan mereka semuanya dengan muka di bawah ke dalam neraka. Maka terlebih lagi dengan seseorang yang datang dengan pedang yang terhunus, sikap yang kejam, jahat, lagi emosi, akhirnya dia membunuh 99 orang.Lelaki pelaku kejahatan ini telah melumuri dirinya dengan darah banyak orang dan membinasakan banyak jiwa yang diharamkan oleh Allah membunuhnya serta mencabut nyawa mereka. Sesudah dirinya berlumuran dengan kejahatan dan dosa besar ini, ia menyadari kesalahannya terhadap Allah. Ia pun berpikir tentang hari pertemuannya dengan Allah nanti, teringat saat hari kedatangannya kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan semua dosanya. Dia meyakini bahwa tiada yang mengampuni dosa, yang menghukumnya, yang menghisabnya, dan yang membenci seorang hamba karena dosa, kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya, ia berpikir untuk kembali dan bertaubat kepadaNya agar Dia membebaskannya dari neraka.
Sesungguhnya para raja pun
bila budak-budaknya telah beruban dalam perbudakannya
mereka pasti akan memerdekakannya
dengan pembebasan yang baik
Dan Engkau, wahai penciptaku, jauh lebih murah daripada itu
Sekarang sungguh aku telah beruban dalam penghambaan diri
maka bebaskanlah diriku dari neraka
Maka keluarlah ia dengan pakaian yang berlumuran darah, sedang pedangnya masih meneteskan darah segar dan jari-jemarinya berbelepotan darah. Ia datang bagaikan seorang yang mabuk, terkejut, lagi ketakutan seraya bertanya-tanya kepada semua orang: “Apakah aku masih bisa diampuni?”
Orang-orang berkata kepadanya: “Kami akan menunjukkanmu kepada seorang rahib yang tinggal di kuilnya, maka sebaiknya kamu pergi ke sana dan tanyakanlah kepadanya apakah dirimu masih bisa diampuni.”
Dia menyadari bahwa tiada yang dapat memberi fatwa dalam masalah ini, kecuali hanya orang-orang yang ahli dalam hukum Allah. Ia pun pergi ke sana, ke tempat rahib itu, seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil yang belum pernah merasakan manisnya ilmu dan tidak pernah membekali dirinya dengan pengetahuan, penelitian, dan penguasaan terhadap masalah-masalah agama. Dia hanya melakukan ibadahnya menurut tata cara yang dibuat-buatnya sendiri tanpa ada dalil, baik dari syari’at maupun agama.
Perhatikan QS. AL-HADJlD (57): 27, yang artinya:
Orang-orang berkata kepadanya: “Kami akan menunjukkanmu kepada seorang rahib yang tinggal di kuilnya, maka sebaiknya kamu pergi ke sana dan tanyakanlah kepadanya apakah dirimu masih bisa diampuni.”
Dia menyadari bahwa tiada yang dapat memberi fatwa dalam masalah ini, kecuali hanya orang-orang yang ahli dalam hukum Allah. Ia pun pergi ke sana, ke tempat rahib itu, seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil yang belum pernah merasakan manisnya ilmu dan tidak pernah membekali dirinya dengan pengetahuan, penelitian, dan penguasaan terhadap masalah-masalah agama. Dia hanya melakukan ibadahnya menurut tata cara yang dibuat-buatnya sendiri tanpa ada dalil, baik dari syari’at maupun agama.
Perhatikan QS. AL-HADJlD (57): 27, yang artinya:
“Dan mereka mengada-adakan kerahiban, padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. “
Sesungguhnya agama itu bila tidak dibarengi dengan cahaya hidayah dan ilmu, sama dengan kesesatan dan bid’ah yang bertumpang-tindih antara yang satu dan yang lainnya.
Ia pun pergi dengan langkah yang cepat dengan penuh penyesalan karena dosa-dosa yang telah dilakukannya, lalu ia mengetuk pintu kuil si rahib tersebut.
Rahib tersebut mengharamkan kepada dirinya sendiri: daging, makanan yang baik, pakaian yang baik, dan kawin, padahal Allah tidak mengharamkan semuanya itu atas dirinya. Dia lakukan hal tersebut karena kejahilannya tentang maksud Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia pun keluar menyambutnya.
Lelaki pembunuh ini masuk dan ternyata pakaiannya masih berlumuran darah segar, membuat si rahib kaget dan terkejut bukan kepalang. Si rahib berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu.”
Sambutan ini jelas bukan tata cara yang biasa digunakan oleh para ulama dan para da’i yang menghendaki hidayah bagi manusia, karena pintu Allah selalu terbuka; pemberiannya senantiasa datang dan pergi; pahala-Nya dianugerahkan; tangan kekuasaanNya senantiasa terbuka pada malam hari untuk menerima taubat orang-orang yang berdosa pada siang harinya, dan senantiasa terbuka pada siang hari untuk menerima taubat orang-orang yang berdo’a pada malam harinya, hingga matahari terbit dari arah tenggelamnya (hari Kiamat).
Si pembunuh bertanya: “Wahai rahib ahli ibadah, aku telah membunuh 99 orang, maka masih adakah jalan bagiku untuk bertaubat?”
Rahib yang jahil itu spontan menjawab: “Tiada taubat bagimu!”
Mahasuci Allah, apakah engkau menutup pintu yang selalu dibuka oleh Allah? Apakah engkau memutuskan tali yang telah dijulurkan oleh Allah? Apakah engkau mencegah hujan yang telah diturunkan oleh Allah? Apakah engkau menutup jalan masuk yang telah dibuat oleh Allah?
Padahal Allahlah yang menciptakan; Allahlah yang telah menetapkan; Allahlah yang memberikan ampunan; Allahlah yang menghisab; dan Allahlah yang berbisik kepada seorang hamba pada hari yang tiada bermanfaat lagi harta benda dan anak-anak, kecuali orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih, lalu Allah menyuruhnya mengakui dosa-dosanya, kemudian Allah mengampuninya jika Dia menghendaki. Maka apakah urusanmu, hai rahib, sehingga engkau ikut campur dalam urusan antara para hamba dan Tuhannya?
Apakah engkau memang seorang yang ahli untuk memberi fatwa dalam masalah ini? Bukan, engkau bukanlah seorang yang ahli dalam bidang ini. Hal ini hanya bisa ditangani oleh para ulama yang mengamalkan ilmunya lagi mengetahui tujuan syari’at-Nya.
Akhirnya, si penjahat ini putus asa memandang kehidupan ini. Di matanya dunia ini terasa gelap; kehendak dan tekadnya melemah; dan keindahan yang terlihat di wajahnya menjadi buruk. Ia pun mengangkat pedangnya dan membunuh rahib ini sebagai balasan yang setimpal untuknya guna menggenapkan 100 orang manusia yang telah dibunuhnya.
Selanjutnya, ia keluar menemui orang-orang guna menanyakan kembali kepada mereka, bukan karena alasan apa pun, melainkan karena jiwanya sangat menginginkan untuk taubat dan kembali ke jalan Tuhannya serta menghadap kepada-Nya.
Ia bertanya kepada mereka: “Masih adakah jalan untuk bertaubat bagiku?”
Mereka menjawab: “Kami akan menunjukkanmu kepada Fulan bin Fulan, seorang ulama, bukan seorang rahib, yang ahli tentang hukum Tuhan.”
Sehubungan dengan pengertian ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskannya melalui ayat-ayat berikut, yaitu firman-Nya:
Dalam QS. AZ-ZUMAR (39): 9, yang artinya:
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Dalam QS. AL-MUJAADALAH (58): 11, yang artinya:
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. “
Dalam QS. AL-ANKABUUT (29): 49
“Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. “
Dalam QS. ALI ‘IMRAN (3): 18, yang artinya:
”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). “
Si pembunuh itu pergi menemui orang alim itu yang saat itu berada di majelisnya sedang mengajari generasi dan mendidik umat.
Orang alim itu pun tersenyum menyambut kedatangannya.
Begitu melihatnya, ia langsung menyambutnya dengan hangat dan mendudukkannya di sebelahnya setelah memeluk dan menghormatinya. Ia bertanya: “Apakah keperluanmu datang kemari?”
Ia menjawab: “Aku telah membunuh 100 orang yang terpelihara darahnya, maka masih adakah jalan taubat bagiku?”
Orang alim itu balik bertanya: “Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dengan taubat dan siapakah yang mencegahmu dari melakukan taubat? Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka bergembiralah dengan ampunan; bergembiralah dengan perkenan dari-Nya; dan bergembiralah dengan taubat yang mulus.”
Ia berkata: “Aku mau bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.”
Orang alim berkata: “Aku memohon kepada Allah semoga Dia menerima taubatmu.”
Selanjutnya, orang alim itu berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau tinggal di kampung yang jahat, karena sebagian kampung dan sebagian kota itu adakalanya memberikan pengaruh untuk berbuat kedurhakaan dan kejahatan bagi para penghuninya. Barang siapa yang lemah imannya di tempat seperti ini, maka ia akan mudah berbuat durhaka dan akan terasa ringanlah baginya semua dosa, serta menggampangkannya untuk melakukan tindakan menentang Tuhannya, sehingga akhirnya ia terjerumus ke dalam kegelapan lembah dan jurang kesesatan. Akan tetapi, apabila suatu masyarakat yang di dalamnya ditegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, maka akan tertutuplah semua pintu kejahatan bagi para hamba.”
“Oleh karena itu, keluarlah kamu dari kampung yang jahat itu menuju ke kampung yang baik. Gantikanlah tempat tinggalmu yang lalu dengan kampung yang baik dan bergaullah kamu dengan para pemuda yang shalih yang akan menolong dan membantumu untuk bertaubat.”
Si pembunuh itu pun pergi dengan langkah yang cepat dan hati yang gembira dengan berita dan pengharapan ini. Ketika ia telah berada di tengah jalan, ia jatuh sakit dan sekaratul maut datang menjemputnya.
Dalam QS. QAAF (50): 19, yang artinya:
“Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.”
Selanjutnya, dia mengucapkan kalimat laa ilaaha illallooh, lalu meninggal dunia. Dia belum pernah shalat, belum pernah puasa, belum pernah bershadaqah, belum pernah zakat, dan belum pernah mengerjakan kebaikan sama sekali, tetapi dia kembali kepada Allah dengan bertaubat, menyesal, berharap, dan takut kepada-Nya.
Maka datanglah malaikat rahmat dan malaikat adzab untuk mengambil dan menerima nyawanya dari malaikat maut yang mencabutnya. Mereka terlibat perselisihan yang sengit dalam memperebutkannya. Malaikat rahmat berkata: “Sesungguhnya dia datang untuk bertaubat dan menghadap kepada Allah menuju kepada kehidupan yang taat, kembali kepada Allah, dan dilahirkan kembali melalui taubatnya itu. Oleh karena itu, dia adalah bagian kami.”
Malaikat adzab berkata: “Sesungguhnya dia belum pernah melakukan suatu kebaikan pun. Dia tidak pernah sujud, Tidak pernah shalat, tidak pernah zakat, dan tidak pernah bershadaqah, maka dengan alasan apakah dia berhak mendapatkan rahmat? Bahkan dia termasuk bagian kami.”
Allah pun mengirimkan malaikat lain dari langit untuk melerai persengketaan mereka. Selanjutnya, malaikat yang baru diutus itu pun datang kepada mereka yang telah menjadi dua golongan yang bertengkar.
Malaikat yang baru berkata kepada mereka: ”Tahanlah oleh kalian. Sesungguhnya solusinya menurutku ialah hendaklah kalian sama-sama mengukur jarak antara lelaki ini dan tanah yang ia tinggalkan, yaitu kampung yang jahat, dan jarak antara dia dan kampung yang ditujunya, yaitu kampung yang baik.”
Ketika mereka sedang sama-sama mengukur, Allah memerintahkan kepada kampung yang jahat untuk menjauh dan kepada kampung yang baik untuk mendekat.
Menurut riwayat lain disebutkan bahwa sesungguhnya lelaki pembunuh 100 orang ini menonjolkan dadanya ke arah kampung yang baik. Akhirnya, mereka menjumpai mayat lelaki jahat ini lebih dekat kepada penduduk kampung yang baik dan mereka memutuskan bahwa lelaki ini adalah bagian untuk malaikat rahmat. Malaikat rahmat pun mengambilnya untuk dimasukkan ke dalam surga.
(KISAH LELAKI INI DISEBUTKAN DALAM SHAHIH BUKHARI NO. 3395, SHAHIH MUSLIM NO. 6957, DAN AHMAD NO.10924.)
KALIGRAFI DARI NEGERI CINA
Syarif Tanudjaja { Baju batik/ ke dua dari kanan} foto bersama dengan para Muslimin dari negeri RRC/Cina, dalam sebuah pertemuan khusus.
Beliau menyarankan agar usaha yang sedang dirintis berupa kaligrafi cina oleh Ehk San/paling kiri, agar bisa berkembang dengan cara bekerjasama dengan Piti Dki Jakarta
Beliau menyarankan agar usaha yang sedang dirintis berupa kaligrafi cina oleh Ehk San/paling kiri, agar bisa berkembang dengan cara bekerjasama dengan Piti Dki Jakarta
Apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan tentang kaligrafi di atas ini dapat menghubungi Bapak Syarif Tanudjaja melalui Telp 021-8509745 atau 0816 839903
TAG ACHMAD SUGIARTO
Tak Serup
Rabu, 21 Juli 2010
Hj.Vera Panka { ibu Para Mualafah }
Hasil pernikahan Hj Vera Pangka ( Goey Kiok Lan Nio ) dengan HM Syarif Tanudjaja SH,( Tan Lip Siang ) 20/3/1950 ( 60 )Ketua DPW Pembina Iman tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia DKI Jakarta, mendapatkan tiga orang putera yaitu: Adrian Amar (33), Kelvin Ikhwan 11/8/1979 (30) dan Andrew Fateh Irfan 24/4/1982 (27). tetapi Adrian Amar anaknya yang pertama telah berpulang ke Rahmatullah dalam usianya yang ke 31 tahun karena suatu penyakit yang amat berat dideritanya. Namun, kalau mau di hitung-hitung anak dari wanita kelahiran 18 Juni 1950 ini, tak terhitung jumlahnya.
''Alhamdulillah, mereka dekat sama saya,” ujarnya. “Mereka” yang dimaksud ibu Vera ini adalah para muallafah, alias para perempuan yang memutuskan untuk masuk Islam atas kesadaran mereka sendiri. “Saya sudah seperti orang tua mereka.” jelas wanita yang ahli membuat siomay Hongkong ini.
Menurut Hj. Vera, perjuangan anak-anaknya itu untuk masuk Islam bukanlah hal yang mudah. Umumnya, setelah bersyahadat, mereka dijauhi keluarganya, bahkan “dibuang”.dihempaskan “Jadilah, saya penggantinya,''
Sebagai orang tua, tentu saja, ia tak sekedar menjadi pendamping rohani bagi para muallafah yang baru memasuki agama Islam. Hj.Vera juga sering menjadi tempat curhat / curah perhatian" bagi putri-putrinya tersebut. "
Perjalanan keimanan ibu Vera tidaklah selalu mulus. Ia bersyahadat masuk Islam tahun 1986. Ia enggan untuk menceritakan secara terperinci, namun intinya, banyak sekali tantangan yang harus ia hadapi apalagi ia adalah seorang berkebangsaan Tionghoa, namun untuk memutuskan menjadi seoarang muallafah. “Saya harus sembunyi-sembunyi dari keluarga saya” kenang dari orang yang kini memiliki keluarga yang sakinah ini.
Berdasarkan dari pengalaman pribadinya itu, ia sangat peka memahami perasaan anak-anak asuhnya itu. “Sangat berat ketika saya harus berhadapan dengan keluarga, berhadapan dengan lingkungan kita. Ada pertarungan batin,” jelasnya.
Karenanya, sebagai orang yang pernah mengalami itu, tugasnya adalah menjadi pendamping. “ Para muallafah yang sudah lama untuk membantu mereka para muallafah yang masih baru. Minimal, menjadi teman curhat,” ujarnya.
Ia sendiri amat banyak mendapatkan pengalaman dari hasil mendampingi suami, karena ia adalah seorang perempuan, urusan untuk memasuki agama yang barunya itu menjadi amat kompleks, lebih berat lagi, ''Karena harus berbenturan dengan keluarga, sehingga dia 'bergerilya' masuk Islamnya,”
Sang suami memang sudah berislam dan anak-anak mengikuti agama papanya. ''Terus terang, ini cita-cita anak saya, agar saya bisa aktif berjuang bersama papanya membela Islam. Kata dia suatu hari, Islam harus berjaya di Indonesia,” tambahnya.
Ketika masuk Islam, Hj.Vera sudah punya anak. Bahkan anak sulungnya, almarhum Adrian Amar yang selalu mendorongnya untuk segera memeluk Islam. ''Mama, masuklah Islam. Nanti mama sendirian,” ia menirukan omongan almarhum anaknya.
Salah satu nasihat yang sering disampaikan kepada anak-anaknya adalah: perbanyaklah berdzikir. Nasihat itu dulu sering diucapkan suaminya (H.Syarif Tanudjaja) ketika hatinya tengah gundah gulana memikirkan penolakan keluarganya. ( orang tua dari ibu Hj.Vera)
Walaupun orang tuanya tinggal di luar negeri yang berpandangan liberal, namun kabar sang anak yang membelot masuk Islam tetap saja membuat kerepotan keluarganya.
Yang paling shock mendengar kabar ia berpindah agama adalah sang mama ( ibu dari Hj Vera) Tak puas berdialog melalui telepon, mamanya memutuskan untuk datang ke Jakarta menemuinya. "Saya deg-degan. ''Apa ini? Saya harus bagaimana ini? Saya tahu ibu saya sifatnya keras," ia kembali mengenang.
Hari-hari menjelang kedatangan sang mama, ia lebih kencang berdzikir. Ketika akhirnya bertemu, Vera mengaku pertolongan Allah SWT datang. ''Sepanjang pertemuan saya zikir. Ibu saya lembut sekali ngomong-nya. Juga ketika saya bilang, 'Mami boleh minta apa saja sama saya. Cuma satu permintaan saya, jangan suruh saya pindah ke agama lama'.''jelas wanita yang suka akan kebersihan di rumah tangganya ini.
Ia sangat lega hati ketika suatu hari sang mama mengomentari agama barunya. "Pilihan kamu tidak salah," ia menirukan ungkapan wanita yang melahirkannya itu.
Ketika pertama kali dia ber-Ramadhan bersama keluarga, sang mama hadir menyaksikan. “Anak saya bilang, 'Oma sama Opa lihat kami Tarawih', lalu saya meminta maaf atas nama keluarga. Dia bilang, 'Oma maafin mama saya, ikhlaskan anak Oma masuk Islam'.''
Lalu, hal inilah yang tak terduga. Untuk pertama kalinya Vera menyaksikan sang mamanya menangis. “Oma ikhlas mama kamu masuk Islam,” ujar wanita itu kemudian. Kini giliran Vera bersimbah air mata.
Dan sampai kini iapun masih tetap menangani para muallafah apabila ada yang bermasalah dalam hal keagamaan, dan untuk suami dan anak-anaknya yang (sedang dalam memberikan bimbingan pengajian kepada para muallaf / muallafah) ia sayangi itu tentu saja tidak lupa ia terus mendorong agar tetap memperjuangkan syiar-syiar agama yang lurus ini.
Mohon bagi para pengemar Ibu kita ini agar mendo'akan beliau supaya dikuatkan imannya, juga bagi kita semua muslimin dan muslimat, amin
021-8509745
http://pitidkijakarta.multiply.com/journal/item/7
http://pitidkijakarta.multiply.com/journal/item/7
KISAH MUALAF MENJADI NOTARIS
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya dan meminta keampunan kepada-Nya,dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan kejahatan diri (jiwa) kita dan dari perbuatan buruk diri kita. siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada lagi yang dapat menyesatkannya. Siapa yang disesatkannya oleh Allah, maka tidak ada lagi yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah, Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad,hamba dan rasul-Nya, penutup segala nabi dan tidak ada lagi nabi sesudahnya. Sholawat,salam dan keberkahan atas nabi Muhammad, keluarga dan para sahabat serta pengikutnya yang konsisten menjalankan ajarannya hingga akhir zaman.
“Kisah mualaf Menjadi Notaris ( Ketika Aku Bersujud Ditunjuki-NYA ) Aku Jalan Yang Lurus )” adalah kisah perjalanan hidup yang saya susun sebagai ungkapan syukur saya kepada Allah Swt menjelang usia saya ke 50 tahun ( menurut shio ) pada tanggal 20 maret 1999 mendatang dan pengangkatan saya sebagai seorang notaris. Dia yang telah menunjukkan saya dalam arti mengantarkan saya dalam kodrat ( kekuatan ) iradat ( kehendak )-Nya ke jalan yang lurus, dari seorang yang hina, putus kuliah, tiada mempunyai masa depan, masa depan yang gelap, seorang non muslim menuju jalan yang terang menjadi seorang muslim (mualaf) dan selanjutnya menjadi seorang yang terhormat sebagai pejabat yang diangkat oleh Pemerintah, seorang Notaris.Allhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin dengan surat keputusan menteri kehakiman Republik Indonesia no : C.151.HT.03 .01-Th.1999, tanggal 12 Januari 1999, saya telah diangkat menjadi notaris untuk wilayah kerja kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi,Propinsi Jawa Barat.Pengangkatan tersebut saya terima sebagai anugerah dan sekaligus ujian Allah Swt setelah menunggu lebih dari 6 ( enam ) tahun setelah lulus Specialis Notaris Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang telah saya tempuh sebelumnya melalui suatu upaya meniti jalan panjang ,pedih dan berliku-liku yang dapat disimak dalam kisah ini.
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia, Notaris adalah pejabat umum yang dilengkapi dengan kekuasaan umum untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik. Notaris diangkat oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Kehakiman Republik Indonesia (zaman Belanda diangkat oleh Gubernur Jendral), sebagai pejabat yang selain untuk membuat akta otentik juga ditugaskan untuk melakukan pendaftaran dan menyaksikan ( waarmeken dan legaliseren) surat-surat/akta-akta yang dibuat di bawah tangan, memberikan nasehat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang kepada pihak-pihak yang bersangkutan dalam melakukan jabatan tersebut, Notaris sama dengan pejabat-pejabat tertentu yang dalam menjalankan tugasnya diberi wewenang untuk mempergunakan logo burung garuda.Syarat untuk menjadi seorang Notaris harus terlebih dahulu lulus sarjana hukum dan lulus pendidikan spesialis Notaris Fakultas Hukum. Pengangkatan untuk menjadi seorang Notaris dengan wilayah kerja tertentu bukanlah hal yang mudah dan sederhana karena harus melalui proses birokrasi yang panjang. Dengan demikian saya berpendapat menjadi seorang Notaris adalah menjadi seorang yang terhormat di masyarakatnya.
Dari kisah perjalanan hidup saya ini, saya mengharapkan mudah-mudahan kerabat, handai taulan dan sahabat-sahabat saya dapat menyimak, memetik hikmah / pelajaran bagi dirinya atau sahabat atau keluarganya,bahwa dalam hidup ini akan dijumpai atau dialami saat titik-titik kritis seseorang dapat beralih dari atau tetap pada keyakinan atau agama yang dianutnya.
Dalam kisah ini, sekali-kali saya tidak bermaksud untuk mencela, menghina agama/kepercayaan sebelumnya ( non muslim ) sampai kepada agama Islam (menjadi muslim ).
Malah dengan pengalaman perjalanan rohani tersebut saya dapat memahami mengapa dan bagaimana seseorang menjadi penganut agama / kepercayaan tertentu sehingga saya dapat menghargai dan menghormati para penganut agama / kepercayaan lain di luar agama Islam.
Akhirul kata, segala puji dan puja bagi Allah Swt semata atas segala nikmat dan karunia-Nya khususnya nikmat iman dan Islam, penghargaan dan terima kasih serta iringan do’a semoga diampuni segala dosa-dosanya dan dengan rahman -(kasih sayang-Nya diterima segala amal baiknya kepada Almarhum ayah saya dan Almarhumah ibu saya atas bimbingan dan rawatan dengan penuh kasih sayang mereka ketika saya masih kecil sehingga dewasa, khusus kepada Almarhumah ibu saya atas restu dan dorongan semangat serta materil ketika saya menjalani masa kritis dalam hidup saya. Penghargaan dan terima kasih kepada istri saya (Vera Pangka) atas dorongan materil dan moril, pengertian dan keikhlasannya dalam mendampingi hidup saya sejak masih “berkasih-kasihan”, dari dan sejak saat dalam kegelapan sampai dengan saat ini. Juga termasuk sahabat, relasi dan khususnya para pembimbing, guru-guru rohani saya sehingga saya menjadi seorang muslim seperti saat ini.
Kepada anak-anak saya, Adrian Agatha (ikhsan), Kelvin Ikhwan dan Andrew Irfan (dan juga keturunannya nanti) jadikanlah kisah hidup perjalanan ini menjadi pegangan dan ingatan dalam kehidupan kalian sehingga janganlah sekali-kali kalian mati melainkan kalian dalam keadaan muslim (berserah diri kepada Allah Swt). sebagaimana wasiat keislaman Nabi Ibrahim AS kepada anak-anaknya demikian pula Nabi Yaqub AS kepada anak-anaknya sebagaimana tercantum dalam kitab suci AL Qur’an Surat ALBaqarah (2) ayat 132-133 juncto Surat Ali ‘Imran (3) : 102
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan keislaman itu kepada anak-anaknya dan demikian pula kepada Yaq’ub (Ibrahim) Ibrahim berkata : Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama islam untuk kamu maka janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan muslim”
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaaan muslim.”
PENDAHULUAN
Ooh, Tuhan…..berikan petunjuk-Mu
Untuk kujadikan pegangan hidupku
Katakan salahku dan apa dosaku
Sampai kubegini
Aku tak sanggup lagi
Menerima derita ini
Aku tak sanggup lagi
Menerima semuanya
Ooh, Tuhan berikan petunjuk-Mu
Untuk kujadikan pegangan hidupku
Kemana jalan yang harus kutempuh
Agar ku bahagia
Mungkinkah percobaan bagi diriku
Karena dosa dan kesalahanku
Walaupun apa yang akan terjadi
Akan kutempuh juga hidup ini
Namunku harus tabah menerimanya
Biarpun sampai di akhir nanti
Hanya doa yang dapat kupanjatkan
Agar hidupku nanti kan bahagia
Ooh Tuhan…mengapa harus terjadi
Rintangan hidup yang kualami
Semua ini hanya datang dari-Mu
Kurela diriku menerimanya.
Itu adalah lirik-lirik lagu “apa salah dan dosaku” dan “Rintihan hidup” karangan Baartje Van Houten yang dialunkan oleh Sam De Loyd yang pada tahun tujuh puluhan sedang ngetop dan sering terdenar di radio dan layar kaca yang sama dengan galaunya hati (rohani) kami (saya dan Vera, yang saat itu statusnya masih sebagai pacar dan sekarang menjadi ibu dari anak-anak saya)
sehingga ungkapan itu pulalah yang selalu merupakan Curhat (=curahan hati)
Kegalauan hati pada saat itu disebabkan oleh situasi dan kondisi yang saya alami, yang merupakan rangkaian kehidupan saya sejak Almarhum ayah saya, Rahmat Tanudjaja yang saya sayangi, meninggal dunia secara mendadak pada tanggal 7 Januari 1971, berhenti kuliah dari fakultas kedokteran Tingkat III Unika Atma Jaya Jakarta dan berwiraswasta . tetapi, karena mungkin tidak berpengalaman di dunia tersebut, jangankan pulang modal malah rugi sehingga punya hutang dan ditagih hutang paksa oleh orang, sampai-sampai berurusan dengan kepolisian, dengan perkataan lain saat itu kondisi saya adalah berbuat ini salah, berbuat itu salah, semuanya serba salah ibarat pepatah pada saat itu emas yang dipegang menjadi besi . Air susu dibalas dengan air tuba. biasanya turun naik mobil atau paling tidak naik motor, menjadi jalan kaki dan naik bus atau opelet.
Kuliah drop out, wiraswasta gagal. Tidak tahu apa yang harus saya perbuat dan bagaimana menyelesaikan masalah yang saya hadapi ini. Masa depan gelap. Akibatnya sangat menderita dan terhina. Beban berat ini dirasakan pula oleh Vera walaupun pada saat itu statusnya masih sebagai pacar. Sebagai manusia, beban itu rasanya sudah tidak sanggup lagi kami hadapi dan memikulnya, hingga kami, khususnya pada malam-malam yang sunyi menghampiri hadirat-Nya yang suci dan menyampaikan curhat saya kepada Tuhan.
Dihadapan keluarga kekasih saya,Vera, kemusliman saya masih saya rahasiakan
karena apabila mereka tahu saya masuk islam sedangkan keadaan sosial ekonomi saya sedang terpuruk pasti mereka akan menyalahkan saya. Tetapi ketika kepada almarhumah ibu saya, saya berterus terang menyampaikan kepadanya bahwa saya telah memilih agama islam dan menjadi muslim, komentar almarhumah adalah : “Mamah heran, tiap malam mamah dengar kamu keras-keras baca doa Namiyoho ren gekiyo, sekarang malah menjadi islam” Dan almarhumah merestui saya dengan iringan doa : “Mudah-mudahan kamu lepas dari kesusahan hidup ini nak” Menitik air mata saya saat itu ketika menerima restu darinya.
Ketika aku bersujud ditunjuki-Nya aku jalan yang lurus
MUALAF MENJADI NOTARIS
Walaupun permasalahan hidup saya belum dapat dituntaskan tetapi dengan berprinsip dan berkepribadian sebagai seorang mualaf (orang yang baru masuk islam) hati saya mantap dan tenang. Semua permasalahan saya hadapi dengan percaya diri bahwa Allah Swt akan menolong saya dan kepada pihak ketiga yang mempunyai piutang kepada saya dapat saya beri pengertian bawha apabila saya sudah ada kemampuan Insya Allah akan saya selesaikan. Alhamdulillah mereka “terpaksa mau” mengerti dan menerimanya.
Dengan kemampuan dan pengetahuan sebagai seorang mualaf saya jalankan ibadah-ibadah yang merupakan kewajiban sebagai seorang muslim khususnya ibadah shalat lima waktu dan puasa wajib di bulan Ramadhan, shalat-shalat sunah (shalat diluar shalat wajib lima waktu), khususnya shalat tahajud yang dilakukan di dua pertiga malam dan puasa sunah, hari senin dan kamis. setiap hari dengan shalat wajib lima waktu maka saya melakukan shalat dengan tujuh belas rakaat dan setiap rakaat saya baca dengan iman surat Al Fatihah yang pada pertengahan ayat sampai akhir ayatnya berbunyi :
“iyyaaKa na’budu wa iyyaaKa nasta’iin. Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an ‘amta ‘alaihim ghoiril maghdhuubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin.
Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (jalan) mereka yang sesat.)
dan doa diantara dua sujud dalam tiap rakaat yang berbunyi :
(Ternyata arti ayat dan doa-doa dalam shalat tersebut merupakan petunjuk Allah Swt atas “curahan hati” saya ketika saya sedang galau sebagaimana dimuat dalam pendahuluan kisah ini)
Dalam keadaan prihatin demikian pada tanggal 23 Maret 1974 saya dan Vera melakukan pencatatan nikah di Kantor Catatan Sipil Jakarta dan pada tanggal 5 juli 1975 dilakukan pemberkatan nikah secara agama kristen (karena saya masih merahasiakan keislaman saya dan Vera masih beragama kristen) di gereja GKI jabar jalan Kelinci Jakarta pusat dan kemudian tinggal di rumah mertua yakni di jalan Tegalan III nomor 15 jakarta Timur, rumah yang saya tempati sampai sekarang. Alhamdulillaah rumah tersebut telah dapat kami beli pada tahun 1986 setelah mertua dan ipar-ipar saya emigran ke Kanada.
Lewat setahun menikah, situasi sosial ekonomi saya berangsur-angsur mulai membaik, dan dengan bantuan hasil jerih payah kerja dari istri saya, sedikit-sedikit kewajiban kepada pihak ketiga telah dapat diselesaikan walaupun belum ada prospek bisnis yang baik. Anak pertama, Adrian Agatha lahir pada tahun 1976 dan anak kedua, Kelvin Ikhwan lahir pada tahun 1979.
Di awal tahun 1980, istri saya, Vera di kantornya (Kantor Notaris Kartini Muljadi,SH) melihat ada kawan sekantornya, Rudy sedang sibuk mengisi formulir yang ternyata adalah formulir pendaftaran masuk Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana Jakarta. Sepulangnya di rumah dia menanyakan kepada saya : “apakah papah mau kuliah lagi atau tidak, kuliah di Fakultas Hukum, diluar jurusan papah ketika di sekolah Menengah dahulu (jurusan ilmu pasti), dari pada papah baca buku yang “tidak ada gunanya” (dia tahu saya agak hobi baca buku apalagi buku-buku agama)” Lalu saya jawab : “Mau deh, dan tolong tanyakan cara pendaftarannya sama teman mamah tersebut” walaupun sebenarnya saya tidak tahu dengan tujuan mau apa saya kuliah lagi di Fakultas Hukum kecuali dengan berprasangka baik kepada Allah Swt bahwa Allah Swt nantinya akan mengkaruniakan saya sesuatu jabatan atau pekerjaan yang syaratnya adalah harus sarjana hukum.
Selak itulah saya mulai kuliah di Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana dengan segala suka dukanya sebagai seorang yang telah lama tidak kuliah (hampir sepuluh tahun) dan juga sekaligus harus mencari nafkah untuk keluarga dan sekaligus mengaji dan belajar agama islam. Dengan kondisi seperti demikian pada tahun 1986 saya lulus dan diwisuda. Ketika saya diwisuda menjadi Sarjana Hukum, sampai-sampai almarhumah ibu saya dan istri saya meneteskan air mata bahwa anak dan suaminya dengan segala perjuangannya dapat juga mempunya gelar (titel).
Sayapun teringat ucapan almarhum ayah saya kepada saya pada setiap kesempatan berbincang-bincang dengan saya : Lip, kedepan orang dagang makin susah maka kamu harus bertitel, sesusah-susahnya orang bertitel masih lebih baik dari pada orang yang tidak bertitel makanya kamu orang (anak-anak) semuanya papa suruh sekolah tidak ada yang disuruh ikut berdagang ” Alhamdulillaah terpenuhi juga ucapan almarhum ayah saya tersebut. Tahun 1982, lahir lagi anak kami yang ketiga, Andrew Irfan.
Setelah selesai kuliah, wiraswasta sayapun berhenti dan bekerja pada kantor Notaris Kartini Muljadi selama dua tahun. Dua tahun kemudian, karena pergaulan /silaturahmi pada gerakan da’wah islam khususnya bagi WNI etnis tionghoa melalui organisasi kemasyarakatan Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) saya berkenalan dengan Bapak Haji Mohammad Amid pemilik perusahaan perakitan Televisi merk Grundig dan sayapun ditawarkan untuk dan menjadi Legal Manager pada perusahaannya tersebut pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1992.
Pada tahun 1987 sambil bekerja, saya sadar sesuai dengan perkembangan jaman,untuk meraih profesi yang sukses tidak cukup berbekal hanya sarjana strata atau (S1) tetapi harus ada tambahan ketrampilan atau mengambil spesialis lagi. sesuai dengan kerja lingkup saya, tergerak hati saya untuk menjadi Notaris. Maka saya mendaftarkan diri dan kuliah lagi pada Spesialis Notariat Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Alhamdulillaah lulus dan diwisuda pada tahun1991.
Sayaaaaaaang, pada saat seperti demikian, ibu saya sudah berpulang dan kembali kepangkuan-Nya pada tahun 1990, dua bulan sebelum saya berangkat melaksanakan ibadah haji saya yang pertama sehingga tidak dapat menyaksikan dan tidak hadir pada peristiwa tersebut. Saya dapat bayangkan bagaimana tetesan air matanya akan mengalir pada pipinya sebagai rasa syukur kepada Tuhannya bahwa dengan kasih sayang Tuhannya, doa untuk anaknya tahap kedua setelah lulus Sarjana Hukum telah dikabulkan oleh-Nya.
Tahun 1992 saya mengikuti dan lulus ujian pejabat pembuat akta tanah pada Badan Pertanahan Nasional. Alhamdulillaah pada tahun 1996 oleh Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional dengan surat keputusannya Nomor : 10-XI - 1996 tanggal 25 september 1996 saya diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan wilayah kerjPada tahun 1992 saya mengajukan permohonan pengangkatan sebagai Notaris untuk wilayah kerja kota Administratif Bekasi Propinsi Jawa Barat kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Sebagaimana saya utarakan di atas bahwa untuk pengangkatan sebagai seorang Notaris tidak mudah dan sederhana. Pada waktu itu Notaris untuk wilayah kerja Kota Administratif Bekasi ” tertutup ” dan “daftar tunggunyapun sudah panjang ” Karena itu agar supaya cepat dapat diangkat maka dari tahun 1992 sampai tahun 1995 sayapun merubah permohonan pengangkatan untuk wilayah kerja ke daerah-daerah lain di sekitar Kabupaten Bekasi. Oleh karena belum juga diangkat maka sayapun memindahkannya ke wilayah kerja Kabupaten Kerawang.
Tahun 1992 saya mengikuti dan lulus ujian pejabat pembuat akta tanah pada Badan Pertanahan Nasional. Alhamdulillaah pada tahun 1996 oleh Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional dengan surat keputusannya Nomor : 10-XI - 1996 tanggal 25 september 1996 saya diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan wilayah kerja seluruh kecamatan di Kabupaten/ Daerah Tingkat II Bekasi Propinsi Jawa Barat.
Sehubungan dengan hal tersebut walaupun harus mengikuti “daftar tunggu” yang panjang maka permohonan untuk menjadi Notaris tersebut saya rubah kembali untuk wilayah kerja dari kabupaten Karawang ke Kotamadya Bekasi. Setelah menunggu lebih dari 6 tahun akhirnya dan karena hikmah dari era reformasi maka semua “daftar tunggu” termasuk untuk wilayah Kotamadya Bekasipun yang semula masih mempunyai “daftar tunggu yang panjang” dibuka sehingga semua yang termasuk dalam daftar tunggupun diangkat. Berdasrkan surat keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : C.151 HT.03.01-Th.1999 tanggal 12 Januari 1999 diangkatlah saya sebagai Notaris untuk wilayah kerja Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
Alhamdulillaahi Robbil ‘Aalamiin.
Jalan menjadi Notaris dimulai ketika aku bersujud (menjadi mualaf) dan ditunjuki-Nya saya kejalan yang lurus. Hal ini merupakan karunia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku syukur atau kufur sebagaimana ungkapan Nabi Ibrahim As ketika menerima anugerah nikmat dari Allah Swt sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an S.An Naml (27) : 40 : “Ini adalah karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ingkar (nikmat)”
Dan sekaligus sebagai awal perjalanan hidup kami untuk mengkokohkan serta memantapkan pengabdian/ibadah kami dan keluarga kepada Allah Swt sebagaimana doa iftitah ( pernyataan) diawal shalat wajib lima waktu maupun shalat sunah yang berbunyi :
“Inna shalaati wanusuki wamahyaaya wamamaati lillaahi robbil ‘aalamiina (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata hanya untuk Allah seru sekalian alam)
serta sesuai pula dengan tujuan penciptaan manusia sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an S. Adz Dzaariyaat (56) : 51.
“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku”
PERJALANAN ROHANI MUALAF
“Ya Allah Bapa yang ada di Surga, apakah semua yang terjadi pada diri hamba adalah karena salah hamba atau karena dosa hamba, atau karena dosa warisan yang hamba tanggung atau……..karena apa (mungkin, dosa perbuatan hamba yang telah merugikan orang atau mahkluk lain sebelum kehidupan dialam ini, (sebagaimana ketentuan ajaran agama Budha)?
Karena itu, ya Tuhan, tunjukilah hamba jalan, berikanlah hamba “pegangan hidup” yang akan hamba pakai di dunia dan nantinya akan hamba bawa mati”.
Curhat inilah yang setiap malam saya sampaikan kepada-Nya, tanpa putus asa.
Bertitik tolak dari kegalauan hati yang disebabkan situasi dan kondisi tersebut dengan perasaan menderita dan terhina dimulailah
perjalanan rohani dengan pengkajian masalah dan kedudukan penderitaan hidup, dari hidup yang senang menjadi menderita dalam kehidupan seorang manusia. Dan saya mulai dari agama yang saya imani pada saat itu yakni Kristen.
Pada ajaran AGAMA KRISTEN yang berkaitan dengan hal tersebut, saat itu yang saya temukan dan ketahui adalah ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut :
1. DOSA WARISAN
Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Allah (memakan buah pengetahuan) sehingga mereka diusir dari Taman Firdaus (Taman Kebahagiaan) maka sejak itu mereka dan anak cucunya nanti (yang akibat dosa Adam dan Hawa, membawa dan menanggung dosa warisan) dalam menjalani kehidupan ini harus membanting tulang dan memeras keringat, bersusah payah. Dalam suatu riwayat diceritakan, ketika Yesus berjalan dan bertemu dengan seorang anak cacat, seorang Parisi bertanya kepada Yesus, katanya : “Ya Rabbi, apakah yang menyebabkan anak tersebut menjadi cacat, dosa ibu bapaknyakah atau dosa siapa ? Maka jawab Yesus kepada orang Parisi tersebut : “Anak tersebut menjadi cacat bukan oleh karena dosa ibu bapaknya dan bukan dosanya sendiri tetapi karena Allah akan memperlihatkan kasih-Nya”.
2. KEKUATAN IMAN
Yesus berkata “Walaupun imanmu sebiji sahwi, apabila engkau katakan pindah gunung itu maka gunung itupun akan pindah”
Riwayat-riwayat lain yang menceritakan bagaimana Yesus mampu mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, mencelikkan orang buta dan menghidupkan orang mati.
3. KASIH ALLAH DAN PENEBUSAN DOSA
Karena demikian kasih-Nya kepada dunia ini hingga dikirim-Nya anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus ke dalam dunia ini untuk menebus dosa-dosa kita dengan darah-Nya yang kudus yang tercurah dari kayu salib di bukit Golgota.
Barangsiapa yang percaya dia tidak akan mati tetapi akan memperoleh hidup yang kekal.
4. JALAN MENUJU KEPADA BAPA HANYA MELALUI YESUS KRISTUS
Yesus berkata : “Tidak akan sampai kepada Bapaku tanpa melalui aku”
5. YESUS MENANGGUNG BEBAN BERAT MANUSIA
Yesus berkata :”Datanglah kepada-Ku, hai kamu yang berlelah dan bertanggungan berat”.
Itulah yang saya temukan dan ketahui ketentuan-ketentuan pokok dalam ajaran agama kristen yang saya imani (sejak tahun 1967) yang pengetahuannya saya peroleh dan saya ketahui sejak saya sekolah di sekolah Taman Kanak-kanak.
sampai di sekolah lanjutan tingkat atas. Sepanjang yang saya ketahui dan ketemukan tersebut diatas tidak dan belum saya ketemukan hakekat permasalaan hidup yang saya hadapi sehingga saya tidak tahu bagaimana caranya saya menghadapi dan lepas dari permasalahan hidup saya tersebut. Pada saat itu saya tidak berkonsultasi lagi dengan bapak pendeta karena saya menganggap, jawaban Bapak Pendetapun tentang permasalahan hidup saya tidak akan jauh dari apa yang saya ketahui seperti tersebut di atas (maaf bukan karena saya merasa sudah pandai).
Dengan demikian “pegangan”saya tersebut belum membuat hati saya menjadi tentram dan mantap dalam menghadapi “tekanan hidup”tersebut.
Kemudian saya mulai beralih dan melirik serta teringat kembali kepada ajaran AGAMA BUDHA dan KONFUCIUS yang pernah saya ketahui dan saya jalankan ketika saya masih kanak-kanak hasil bimbingan kedua orang tua dan twaku (paman/kakakibu) saya sebelum saya menjadi orang kristen, seperti membaca mantera/doa-doa (liam keng), ke Vihara bersembahyang, meditasi dan menahan tidak makan daging, barang bernyawa pada waktu-waktu tertentu (cia cay), sembahyang penghormatan kepada arwah leluhur dan sembahyang ke kelenteng / toa pe kong (tempat penyembahan atau tempat ibadah kepada Tuhan dan dewa-dewa etnis Cina) untuk memohon popi peng an (keselamatan) dan hoki (peruntungan yang baik).
Guru Sidharta Gautama sebagai seorang raja muda yang hidupnya penuh dengan kemewahan dan kesenangan karena tergerak hatinya dengan kenyataan hidup yang beliau lihat tentang penderitaan rakyatnya dan suatu proses dalam kehidupan seorang manusia, lahir, dewasa, tua, mati, sehat, sakit, senang dan susah, dengan ikhlas ditinggalkannya istananya yang mewah dan kedudukannya sebagai raja muda tersebut, mengembara masuk ke dan menyepi di dalam hutan, memikirkan untuk mencari hakikat hidup yang sebenarnya yang kemudian melahirkan ajaran agama BUDHA.
Walaupun saya tidak terlalu mengetahui secara terinci mengenai ajaran agama Budha tentang ketuhanannya tetapi saya mengetahui dan menjalankan perbuatan-perbuatan “pembersihan rohani” dalam rangka manusia untuk membebaskan dirinya dari kekuasaan nafsu diri / duniawinya sehingga dia dapat mencapai nirwana (Swargaloka), seperti sebagai berikut :
1 REINKARNASI / TUMIMBAL LAHIR (KELAHIRAN KEMBALI)
Seseorang akan mencapai Nirwana (Swargaloka=surga) dan tidak akan lahir kembali ke alam dunia (reinkarnasi)setelah rohani seseorang mencapai kesempurnaan yakni setelah dirinya telah bebas dari kekuasaan nafsu dirinya (sifat keduniawian).
Selama rohani seseorang belum mencapai tingkat kesempurnaan tersebut maka ia akan berulang kali lahir kembali ke dunia (reinkarnasi). Lahirnya kembali ke alam dunia ini tergantung kepada kualitas hidup di dunia sebelumnya, apabila kualitas hidupnya baik maka ketika lahir kembali ia akan menjadi manusia / makhluk yang lebih baik tingkatannya dan seterusnya sehingga akhirnya mencapai kesempurnaan.
Demikian pula sebaliknya apabila kualitas kehidupannya di alam dunia sebelumnya buruk atau makin buruk maka ketika lahir kembali ia akan menjadi makhluk yang lebih buruk atau lebih rendah tingkatan kualitas kehidupannya dan menjadi makhluk yang celaka.
2. KARMA
Karma menentukan bahwa perbuatan baik atau buruk seseorang kepada orang lain atau mahkluk lain akan memperoleh balasan yang sama dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh orang yang bersangkutan kepada orang atau makhluk lain tersebut. Baik dibalas baik, jahat dibalas jahat, dan karma ini berhubungan dengan reinkarnasi. Dalam arti karmanya yang baik atau buruk akan menetukan kualitas kehidupan kelahirannya kembali di alam dunia ini.
3.MEDITASI
Suatu ibadah dalam agama Budha yang dilakukan dengan sikap, cara dan pada waktu tertentu yang intinya adalah mengosongkan akal pikiran kita dan membayangkan getaran-getaran kasih sayang Tuhan dan makhluk-Nya di alam ini dalam diri kita. Sehingga kita akan merasakan kasih sayang dari Tuhan dan makhluk-Nya dalam diri kita. Dalam kaitan ini, saya sempat ikut latihan ilmu yoga yang pada akhir latihan disuruh membaca sebanyak mungkin doa : Namiyoho ren gekyo {Tuhan maha besar}. Doa ini akan memberikan “mukzizat” bagi pengamalnya, kata penuntun doa kepada saya.
4. PENGHORMATAN KEPADA ORANG TUA DAN ARWAH LELUHUR
Penghormatan kepada orang tua dan arwah leluhur adalah petuah-petuah yang saya peroleh dari orang tua khususnya Almarhum ayah saya. Menurut beliau hal tersebut, sikap santun atau berbakti (U-haow) terhadap orang tua akan sangat menentukan perjalanan hidup, rejeki dan keselamatan anak cucunya. Ternyata apa yang beliau petuahkan termasuk ajaran-ajaran konfucius. Selain itu konfucius mengajarkan bagaimana berprilaku dalam kehidupan ini, harus baik terhadap sesama manusia dan bagaimana etika bekerja, harus ulet, rajin bekerja keras jangan merugikan orang lain). Sesuatu harus kita peroleh dari hasil jerih payah kita sendiri.
Ada satu petuah Almarhum ayah saya yang sangat mendasar yang selalu diingatkan kepada
anak-anaknya dan sangat berbekas dalam kehidupan saya bahwa apabila kita ke tempat-tempat pemujaan (keramat) atau klenteng jangan minta apa-apa, kecuali mintanya kepada Tuhan saja. Dan ada pula satu wasiat yang disampaikan oleh Almarhum ayah saya menjelang beberapa jam sebelum beliau meninggal (meninggalnya sangat mengejutkan, karena tidak terduga dan sangat mendadak tanpa didahului sakit terlebih dahulu) kepada saya, katanya :” Lip ( panggilan pendek dari nama tionghoa saya, Tan Lip Siang) itu ada kursi meja makan, tolong dicat merah dan hitam, sandarannya dicat hitam dan tepinya dicat merah” kemudian saya jawab ” iya pah, nanti saya suruh Koh Uwo (engkoh-engkoh yang biasa mengerjakan renovasi rumah orang tua saya pada waktu itu) untuk
mengerjakannya. Jawab Almarhum ayah saya dengan nada yang agak tinggi :”Jangan suruh orang lain, kerjakan sendiri” Sampai saat ini saya sendiripun belum tahu apa makna sebenarnya dari wasiatnya tersebut.”Pegangan” tersebut agak mulai menenteramkan hati saya walaupun jawaban tentang hakekat permasalahan hidup belum saya temukan. Karena itu doa-doa yang saya lakukan setelah latihan Yoga, doa : “Namiyoho ren gekyo” saya lakukan setiap malam menjelang dan sampai saya tidur.
Perjalanan hidup saya saat itu dari waktu ke waktu makin sangat mencekam karena semua kewajiban-kewajiban kepada pihak ketiga harus segera dipenuhi sedangkan hasil untuk memenuhinya tidak ada.
Sejalan dengan usaha saya saat itu sebagai leveransir bahan bangunan, alat tulis kantor dan pemborong, banyak relasi saya yang beragama islam.
Saat itu mulailah saya mengenal tata cara orang Islam beribadah kepada Tuhannya seperti shalat yang sebelumnya harus terlebih dahulu ambil air senbahyang (wudhuk), puasa, zakat dan tentang pokok ajaran (aqidah) keTuhanannya yakni Tauhid (Esa), Allah itu esa (tunggal), tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya. Saya kenal pula kalimat Tauhid “Laa ilaha illAllaah, Muhammadar rasuulullaah, Tiada ila (Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi) kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan (Nabi) Allah, suri tauladan dalam beribadah kepada Allah”.
Oleh karena sejalan dengan tujuan agama Budha untuk membebaskan manusia dari kekuasaan nafsu dirinya atau keduniawiannya dan diagama kristenpun dikenal, Yesuspun pernah berpuasa maka sayapun mulai mencoba menjalankan puasa menurut cara orang Islam mulai sejak pagi hari (subuh) sampai dengan sore hari (maghrib)
“Dengan penuh rasa takut, saya berlari dan dikejar oleh lima orang bersenjata yang ingin membunuh saya. Terpojok disuatu sudut sedangkan pengejar bersenjata yang ingin membunuh sudah kian mendekat dan tanpa saya sadar saya sudah memegang senjata sejenis keris dan mengacungkan tangan saya keatas dan berteriak : ALLAHU AKBAR,..!!! ALLAHU AKBAR,…!!! ALLAHU AKBAR….!!!, aneh,….sekejab saja lima orang bersenjata yang ingin membunuh saya tersebut lebur, musnah dan hangus seperti lembaran-lembaran kertas yang terbakar.” Dan sayapun terjaga dari tidur saya, oh,….rupanya saya bermimpi. Apa makna mimpi tersebut, bunga tidurkah atau petunjuk dari Tuhan ?
Saya tidak tahu makna, arti kalimat, ALLAHU AKBAR tersebut, kecuali sering saya dengar, seringdidengungkan uamt Islam pada saat menjelang hari raya Lebaran (Idul Fitri)
dan Lebaran Haji 9Idul Adha/Idul Qurban).
“ALLAHU AKBAR itu artinya Allah Maha Besar”, kata Oom Effendi (panggilan saya kepada salah satu sahabat dari Almarhum ayah saya yang juga sebagai Perwira Menengah POM ABRI pada waktu itu) yang sangat familiar termasuk juga keluarganya kepada saya pada suatu kesempatan, yang selanjutnya banyak membimbing dan memperkenalkan Islam kepada saya. Ucapannya tersebut mulai membuat saya berfikir, yang sering saya ulang-ulang dalam doa setelah latihan Yoga adalah Tuhan Maha Besar, tetapi kok dalam mimpi yang terucapkan adalah ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar). Apa itu Allah dan apa itu Tuhan serta apa perbedaannya. Allah Maha Besar, apanya yang besar dan besar terhadap apa. itulah awal pengkajian saya ketika mulai ingin mengetahui tentang Allah menurut ajaran agama Islam.
Tahap selanjutnya dan tahap yang paling sangat utama untuk saya adalah apa “solusi” agama Islam tentang permasalahan hidup yang sedang saya hadapi itu.
Dari pengkajian tersebut saya ketahui dan saya pahami pokok-pokok ajaran agama Islam tentang pokok ajaran (aqidah) ketuhanannya, tauhid (keesaan Tuhan) dan permasalahan hidup, susah, menderita, tertekan, sakit, meninggal semuanya itu disebut musibah sebagai berikut :
1. Pokok ajaran keTuhanannya
1.1.-Tuhannya bernama Allah, Esa (tunggal) haram (pantang untuk) diperserikatkan (dipersamakan) dengan sesuatu dan tidak sama dengan sesuatu yang ada di alam ini.
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Aku maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku”(Al Qur’an S Thaaha (20) : 14)
“Katakanlah : Dia Allah, Yang Maha Esa, tempat meminta segala sesuatu tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia”(Al Qur’an S. Al Ikhlas (112) : 1-4)
“Dialah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Dialah yang tidak ada tuhan selain Dia, Penguasa, Maha suci, Maha Sejahtera, Maha Pemberi Keamanan, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, yang memiliki segala keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Maha Pencipta, Maha Mengadakan, Maha Pembentuk, bagi-Nyalah nama-nama yang baik, bertasbihlah kepada-Nya apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksan (Al Qur’an S. Al Hasyr (59) : 22-24)
1.2.-Allah berkuasa atas segala sesuatu.
“Maha suci Allah yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al Qur’an S. Al Mulk (67) : 1 dan 2)
1.3.-Allah tidak dapat dilihat oleh mata tetapi Dia Maha Melihat.
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”(Al Qur’an S. Al An ‘aam (6) : 103)
2. Hakekat Musibah Dalam Kehidupan Manusia
2.1.-Penyebab musibah adalah akibat dari ulah manusia sendiri dan tidak ada pelindung dan penolong selain Allah.
“Dan apa-apa yang menimpa kamu dari musibah, maka disebabkan usaha tanganmu dan Dia memaafkan banyak (kesalahan-kesalahan kamu).”
“Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari musibah itu) di bumi, dan bagi kamu tidak ada pelindung dan penolong selain Allah”.(Al Qur’an S Asy syuuraa (42) : 30-31)
2.2.-Setiap musibah terjadi dengan izin Allah.
“Tiadalah menimpa suatu musibah melainkan dengan izin Allah, Dan barangsiapa beriman kepada Allah, Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu”. (Al Qur’an S. At Taghaabun (64) : 11)
2.3.-Musibah sebagai cobaan dari Allah.
“Dan Kami akan menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan, Dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan”. (Al Qur’an S Anbiyaa (21) : 35)
2.4.-Musibah sebagai ujian keimanan dari Allah.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata :”kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji ?”. (Al Qur’an S. Al Ankabuut (29) : 2)
2.5.-Bentuk musibah dapat berupa dan berbentuk :
a.-Ketakutan, kelaparan,kerurangan harta, jiwa dan makanan.
“Dan sungguh Kami akan mencoba kamu dengan sesuatu dari ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan sampaikanlah kabar genbira kepada (gembirakanlah hati) orang yang sabar” (Al Qur’an S. Al Baqarah (2) : 155)
b.-Gangguan yang menyakitkan hati.
“Dan disanalah orang-orang mukmin diuji dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang keras”
(Al Qur’an S. Al Ahzab (33) : 11)
c.-Harta dan anak-anak.
“Hanya sesungguhnya harta-harta kamu dan anak-anak kamu adalah cobaan.
Dan disisi Allah pahala yang besar” (Al Qur’an S. At Taghaabun (64) : 15)
d.-Manusia dengan manusia lain.
“Dan demikianlah kami uji sebahagian mereka dengan sebahagian yang lain
(orang-orang miskin),……(Al Qur’an S. Al An ‘aam (6) : 53)
2.6.-Sikap manusia menghadapi musibah
a.-Karena musibah berasal dari Allah maka dikembalikan pula kepada Allah
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata,
Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami kembali”
(Al Qur’an S. AL Baqarah (2) : 156)
b.-Minta pertolongan kepada Allah dengan shalat dan sabar.
“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat dan sesungguhnya
shalat itu berat kecuali orang-orang yang khusyu”
(Al Qur’an S. Al Baqarah (2) : 45)
c.-Jika Allah menolong kamu tidak ada yang dapat mengalahkan kamu.
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan
kamu, dan jika Allah membiarkan kamu, maka siapakah yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu. Dan hanya kepada Allah orang-orang mukmin bertawakal” (Al Qur’an S. Aali Imran (3) : 160)
3. Allah tidak akan mengubah nasib sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Al Qur’an S. Ar Ra’du (13) : 11)
4. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci.
“Ssesungguhnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), yang membuat mereka menjadi Nasrani, Yahudi, dan Majusi adalah kedua ibu bapaknya”
(Hadist Qudsi)
5. Banyak mengingat Allah akan membuat hati orang beriman menjadi tenteram.“
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram (Al Qur’an S. Ar Ra’du (13) : 28)
6. Allah mengampuni dosa selain dosa menyekutukan Allah dengan sesuatu.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) yang menyekutukan-Nya
dengan sesuatu (syirik) dan mengmpuni dosa selain dari itu terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya
ia telah berbuat dosa besar.” (Al Qur’an S. An Nisaa (4) : 48)
Setelah saya mengetahui dan memahami pokok-pokok ajaran agama Islam tersebut di atas maka saya telah menemukan hakekat permasalahan kehidupan dan cara, bagaimana saya harus mensikapi permasalahan hidup saya tersebut. Tetapi diluar hal tersebut masih ada satu hal yang “mengganjal”
dengan keimanan saya pada waktu itu sebagai seorang kristiani yang menurut ajaran agama kristen bahwa Yesus adalah Anak Allah, Tuhan yang telah lahir ke dunia menjadi manusia untuk menebus dosa manusia dengan pokok ajaran ketuhanannya yang disebut TRINITAS : Allah Bapa, Anak Allah dan Roh Kudus. yang dengan demikian timbul dalam pikiran saya apakah apabila saya menjadi muslim (Islam) saya menghianati atau murtad kepada Yesus ?
Untuk itu, sayapun mencari jawaban atas permasalahan saya tersebut dan kemudian saya baca dalam Injil tentang Tuhan Yang Maha Esa dan kewajiban manusia, untuk menyembah dan berbakti kepada-Nya serta yesus adalah manusia, anak manusia dan makhluk / ciptaan-Nya yang menyatakan adalah :
7. Keluaran 20 : 3
Firman Allah : “Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku”
8. Yohanes 17 : 3
Kata yesus : “Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
9. Lukas 4 : 8
Tetapi Yesus berkata kepadanya : “Ada tertulis : “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”
10. Lukas 9 : 44
Yesus berkata kepada murid-muridnya : “Dengarkanlah dan camkanlah segala perkataanku : Anak manusia akan diserahkan kedalam tangan manusia”
11. Matius 7 : 21
“Bukan yang berseru kepadaku : Tuhan, Tuhan! akan masuk kedalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga”
Kemudian saya baca pula tentang hal tersebut dalam kitab suci Al Qur’an yang menyatakan :
12.S. Al Anbiyaa (21) : 9
“Dan (ingatlah berita Maryam) yang memelihara kehormatan, maka Kami tiupkan kepadanya dari ruh Kami dan Kami jadikan dia bersama puteranya sebagai bukti (kekuasaan Allah) bagi semesta alam”
13.S Az Zukhruf (43) : 59
“Dan (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang telah Kami beri karunia (kenabian) atasnya dan kami menjadikannya sebagai teladan bagi bani Israil”
14.S.Al Maaidah (5) : 116
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman “Hai Isa putera Maryam, adakah engkau mengatakan kepada manusia, “jadikanlah aku dan ibuku menjadi dua Tuhan selain Allah ? Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku”.
15.S. Al Maaidah (5) : 117
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka selain dari apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) (yaitu) “Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”
Berdasarkan hal-hal tersebut saya berkesimpulan bahwa apabila saya menjadi muslim maka saya tidak menghianati Yesus, tidak mengingkari (kafir) terhadap ajaran Yesus bahkan sebaliknya saya telah menyempurnakan (membersihkan penyimpangan), meletakkan kedudukan Yesus sebagai mana mestinya dan menjalankan ibadah saya secara benar sebagaimana diajarkan Yesus bahwa hukum yang terutama adalah sebagaimana ternyata dalam
Injil Markus 12 : 29-32 adalah :
“Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal-budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Dan hukum yang kedua ialah : Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. tidak ada hukum yang lebih utama dari pada kedua hukum ini”.
Setelah bulat pikiran, pendirian dan keyakinan saya tentang agama Islam dan keinginan saya untuk memeluk agama Islam, saya tanyakan hal tersebut kepada kekasih saya, Vera : “saya ingin masuk Islam, bagaimana pendapat kamu ? jawab dia dengan santai : “Terserah kamu saja, kalau kamu sudah yakin, silahkan saja, asal….. masuk Islamnya jangan dikarenakan ikut-ikutan atau karena teman-teman pergaulan kamu”
Alhamdulillaah, karena mendapat yang demikian simpatik dari kekasih saya tersebut, Vera, sayapun masuk Islam pada bulan juli tahun 1975 di hadapan kelompok pengajian yang dipimpin oleh Guru Erwin Saman, dengan mengucapkan dua kalimah syahadat :
“Asyhadu anla ilaha illAllaah wa asyhadu anna Muhammadar rasuulAllaah”, yang artinya : aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad itu adalah utusan Allah.
PENUTUP
Sejalan dengan perjalanan saya sebagai mualaf menjadi Notaris dengan diantar kodrat dan iradat-Nya, Vera, istri saya pada tahun 1983 telah ditunjuki-Nya kejalan yang lurus pula yakni memeluk agama islam, menjadi muslimah dengan kesadarannya sendiri bukan karena paksaan saya dan bukan karena ikut saya sebagai suaminya. Lengkap dan utuhlah sudah keluarga saya sebagai suatu keluarga muslim.
Pada tahun 1996 melalui dan atas fasilitas berupa undangan kerajaan Arab saudi kepada Yayasan Haji Karim Oei, saya untuk kedua kalinya dan istri menunaikan ibadah Haji dan Hajjah. Semoga jadi Haji dan Hajjah yang mabrur.
Akhirnya kisah ini saya tutup dengan berdoa kepada-Nya.
Ya, Allah janganlah Engkau sesatkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk kami, berilah kami rahmat, sesungguhnya Engkau adalah Maha pemberi.
Amin ya rabbal ‘alamin.
ps : Nama HM Syarif Tanudjaja, SH Lahir Cianjur, 20 Maret 1950 Pendidikan Terakhir S2 Spesialis Notariat Fakultas Hukum Universitas Indonesia [1992] Pekerjaan Notaris PPAT Organisasi Ketua PITI dan MUSTIKA Jakarta. Hp 0816839903 021 70769313
*****************************************************************************************************************
Langganan:
Postingan (Atom)